Friday, February 27, 2015

Depresi pada Ayah dan Dampaknya pada Anak

Setelah si kecil terlahir dengan sehat, Bunda tentu mengira bahwa Ayah dan Bunda akan merasa bahagia. Tentu saja, proses penyesuaian dan perubahan yang harus terjadi dalam menghadapi hidup dan rutinitas baru sebagai orang tua memang tidak mudah dan melelahkan. Tapi, perjuangan itu tentu akan sebanding dengan kebahagiaan yang dirasakan Ayah dan Bunda, kan?
Sayangnya, bisa jadi kebahagiaan yang Ayah dan Bunda seharusnya rasakan menghilang akibat depresi setelah melahirkan alias Post Partum Depression yang bisa terjadi pada Bunda. Dengan penanganan yang tepat serta dukungan dari orang-orang terdekat, Bunda bisa mengatasinya sebelum depresi jadi membahayakan keselamatan Bunda dan si kecil. Tapi, jangan hanya terpaku pada Bunda saja, lho. Ayah baru pun bisa mengalami depresi!
Waktu yang dihabiskan Ayah bersama si kecil mungkin memang tidak sebanyak Bunda. Tapi, depresi yang dialami Ayah juga tetap memberikan dampak negatif pada tahap perkembangan bayi dan anak, di antaranya:
  1. Balita dengan Ayah yang depresi cenderung lebih sulit mengendalikan emosinya. Perubahan emosi yang terjadi lebih drastis dan terjadi dengan agresif. Misalnya, anak yang menangis kencang dan tidak bisa dibujuk atau ditenangkan.
  2. Anak usia sekolah yang memiliki Ayah yang mengalami depresi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah depresi serta Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yaitukondisi di mana anak kesulitan untuk fokus dan cenderung untuk bertindak tanpa berpikir.
  3. Post Partum Depression pada Ayah mengakibatkan menurunnya produksi hormon prolactin yang berperan penting dalam mendorong Ayah untuk lebih terlibat dalam perawatan anaknya. Karena itulah, Ayah yang mengalami depresi cenderung tidak meluangkan waktu untuk bersama anaknya. Akibatnya, Ayah tidak bisa membangun hubungan yang kuat dengan anaknya. Manfaat yang didapat dari kuatnya hubungan anak dengan Ayah pun lebih sulit didapat si kecil.
  4. Sebuah studi di Australia juga menemukan hubungan antara kurangnya ikatan antara Ayah dan anak dengan ketidakmampuan anak untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dengan teman sebayanya.
  5. Ayah yang depresi cenderung berbicara dengan nada yang datar atau negatif saat berinteraksi dengan bayinya. Hal ini memiliki hubungan dengan terjadinya keterlambatan perkembangan kognitif bayi.
Dampak di atas hanyalah sebagian kecil dari dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari depresi pada Ayah. Depresi pada Ayah juga bisa merusak hubungan keluarga dan menyebabkan depresi pada Bunda, lho.
Risiko terjadinya dampak negatif pada tahap perkembangan bayi dan anak sebagai akibat dari depresi yang terjadi pada Ayah adalah 11%. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan risiko dampak negatif dari depresi pada Bunda yang sebesar 19%. Tapi, keluarga tetap harus waspada akan kemungkinan tersebut. Ingat, dukungan keluarga adalah hal yang paling dibutuhkan Ayah atau Bunda yang mengalami depresi. Semakin cepat masalah ini terdeteksi dan ditangani, maka semakin kecil pula risiko dampak negatif yang ditimbulkannya pada tahap perkembangan bayi dan anak. Hal sederhana seperti meluangkan waktu bagi Ayah untuk melakukan hal yang ia sukai bisa membantunya menyadari bahwa Bunda dan keluarga masih peduli pada Ayah. Bunda juga bisa mendorong Ayah untuk membangun ikatan yang kuat dengan si kecil, sehingga Ayah merasa bahwa ia telah menjalankan perannya sebagai seorang ayah dengan baik. Hal-hal kecil yang bisa membuat Ayah merasa lebih senang dan dihargai akan membuatnya merasa lebih baik.

 Sumber:
webmd.com/parenting/news/20111104/dads-depression-may-raise-risk-of-kids-emotional-problems
ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2922346/
fatherhoodinstitute.org/2010/fatherhood-institute-research-summary-fathers-and-postnatal-depression/
health.detik.com/readpenyakit/18/attention-deficit-hyperactivity-disorder--adhd-?mode_op=deskripsi

0 comments:

Post a Comment